Selasa, 03 November 2015

Kamu kira Jambi itu tidak memiliki situs sejarah terbesar di Indonesia?





Saya menyusuri jalanan beraspal di pinggiran sungai batang hari, melakukan perjalanan jauh dari hiruk pikuk aktivitas penduduk kota menuju kompleks candi Hindu-budha terbesar di Indonesia yang katanya merupakan peninggalak kerajaan Sriwijya dan Kerajaan Melayu. Tempatnya jauh dari kebisingan kota, polusi suara maupun polusi udara yang ada di kota jambi. Kompleks percandian ini terletak di kecamata muaro sebo, kabupaten muaro jambi, jambi Inonesia, tepatnya di tepi sungai batang hari sekitar 26 kilometer arah timur kota jambi.
Sesekali saya melintasi pemukiman penduduk yang ada di pinggir jalan, jarak antara rumah yag satu dan yang lainnya tidak terlalu berdekatan, selain rumah warga juga ada perkebunan pohon karet.

 


Sesampainya di lokasi, saya mengeluarkan uang sebesar Rp. 7.000,-/orang untuk tiket masuk kekawasan candi tersebut. untuk tiket masuk wisata itu bisa dibilang murah.

Dikawasan candi ini terdapat banyak pepohonan yang rindang, tinggi menjulang kelangit membuat teduh suasana disekitar candi. Walaupun terdapat banyak pohon yang rindang tetapi terik sinar matahari siang tetap saja menghangatkan di sekitar candi yang hanya ditumbuhi rerumputan yang mongering maupun masih hijau tumbuh rapi di sekitarnya.



 













Kompleks candi muara jambi ini berisi 61 candi yang sebagian besar masih berupa gundukan tanah yang belum dipugar, hingga saat ini baru memugarkan Sembilan situs peninggalak kerajaan sriwijaya dan kerajaan melayu. Kesembilan situs kerajaan tersebut berupa candi kotomahligai, candi kedaton, candi gedong satu, candi gedong dua, candi gumpung tinggi, telago rajo, kembar batu, dan candi astano. Kompleks percandian ini mempunyai luas 12km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai. 

Untuk pengunjung yang merasa lelah berjalan kaki menelusuri kompleks candi ini tenang saja karena disediakan sarana transportasi berupa sepeda yang bisa kita rental dengan membayar Rp. 15.000,-/sepedanya dan bisa digunakan berjam-jam asik sekalikan. Pengunjung yang datang kekawasan ini selain untuk melihat situs peninggalan zaman dulu, juga ada yang datang berkunjung hanya sekedar untuk berlibur bersama keluarga, bersantai dan menikmati pemandangan yang hijau disekitar.


Karena merupakan kawasan wisata, banyak pedagang yang berasal dari daerah setempat berjualan disini mulai dari makanan ringan, minuman, warung, pedagang bakso, sate, pempek maupun makanan lainnya jadi jangan takut kelaparan kalau setibanya disini saat jam-jam makan kita.